Assalamu’alaikum wr. Wb.
Bila kita
sedang berkecukupan harta, sedang di puncak kesuksesan karier, sedang
berprestasi secara akademik, fisik sehat penuh vitalitas dan hidup kita penuh
dengan kesenangan dan sanjungan, kita sering merasa sedang dimuliakan
oleh Allah. Dan sebaliknya, saat kita sedang jatuh dalam kesulitan, sedang
miskin, berpenyakit, sering salah perhitungan, hidup penuh cemoohan, maka kita
merasa Allah sedang menghinakan kita.
Apakah
memang demikian? Kata Allah semua itu hanya ujian. Coba kita cermati beberapa
ayat berikut ini;
Surah
Al-Fajr, ayat 15: Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah
memuliakanku".
Ayat 16: Adapun
bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku".
Ayat 17: Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim.
Allah
sayang pada kita, Allah menghendaki kita mendekat padaNya. Kesehatan atau
berpenyakit, cerdas atau bodoh, kaya atau miskin, hidup penuh sanjungan atau
penuh hinaan hanyalah jalan atau ujian yang harus kita lewati dari Allah.
Kalau
kekayaan hanya membuat kita sombong dan makin jauh dari Allah, maka kekayaan
itu menjadi fitnah buat kita. Dan sebaliknya, apabila kekayaan membuat kita
bersabar dan semakin dekat dengan Allah maka kekayaan menjadi Rezeki yang
hakiki buat kita. Demikian juga dengan kemiskinan, kecantikan, ketampanan,
kesuksesan, kegagalan, dll, semua bisa menjadi fitnah atau rezeki yang hakiki.
Ketika
kita mencapai jabatan baru yang sudah lama kita inginkan, saat itu konsentrasi,
waktu, tenaga dan semuanya seolah kita curahkan untuk kesuksesan kita dalam
menjalankan jabatan baru itu. Ketika kita memiliki rumah atau mobil baru,
pikiran kita juga sering larut dalam benda-benda tersebut. Saat kita pake mobil
baru, kita sering merasa lebih terhormat dari orang disebelah kita yang pake
mobil lebih jelek, kita terbawa sedikit sombong. Kita sering tenggelam dalam
kesuksesan dan mempertahankan kesuksesan. Porsi konsentrasi atau perhatian kita
pada Allah sering terpinggirkan.
Demikian
pula sering terjadi bila kita terhimpit kesulitan, seperti usaha bangkrut,
keluarga retak, terhimpit hutang, terjangkit penyakit kronis dan mungkin
kesulitan yang lain, kita sering tenggelam dalam kesulitan dan larut dalam
kesedihan, kadang kita merasa malu ketemu tetangga dan bahkan hati kita jauh
dari Allah.
Kedua hal
diatas, yaitu kesuksesan atau kesulitan, hanyalah simbol dunia yang harus kita
manfaatkan sebagai jalan ke sorga. Rezeki yang hakiki sebenarnya adalah dekat
dengan Allah dan sorga. Dalam surah Sad ayat 49-54 Allah menjelaskan tentang
rezeki abadi kepada kita.
Surah
Sad, ayat 49:
Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang
bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik.
Ayat 50:
(yaitu) surga 'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka.
Ayat 51:
di dalamnya mereka bersantai (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan
yang banyak dan minuman di surga.
Ayat 52:
Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan
sebaya umurnya.
Ayat 53: Inilah
apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.
Ayat 54: Sesungguhnya
ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya.
Inilah
janji Allah untuk orang yang mampu memanfaatkan kehidupannya untuk jalan ke
sorga. Semoga kita semua termasuk di dalamnya.... aamiiin...
Wallahu a’lam… Mohon maaf.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar